27 Februari 2009

Rebus Telor dengan HP

Masih ingat tentang isue kalau kita dialing phone HP otak kita bs hangus krn ada yang mengaku pernah melakukan percobaan mendial dengan didekatkan pada telur dan telur menjadi matang.
Dan ayahku (Subadi) melakukan percobaan untuk mencari kebenaran isue tersebut. Dan inilah hasilnya
Posisi 2 buah HP CDMA yang di ikat diantara sebuah telur




















Kesimpulannya :
1. Waktu dial itu kurang dr 30 detik sebelum masuk mail box, dan ga akan ada telur yang matang sebelum waktu itu kecuali heatnya bener2 panas banget. Dan ini sudah di dial berulang tetap ga bisa merebus 1 buah telur dlm suhu normal (Tidak baru dr lemari es)
2. bahkan setelah melakukan hubungan telp selama 1 jam lebih, telur sama sekali tidak berubah menjadi setengah matang (apalagi sampai matang)
3. Jangan menyebarkan sebuah berita kalau kebenarnya belum diketahui secara nyata
Semoga artikel sederhana ini bisa berguna. Tolong dibantu menyebarkan untuk menghilangkan gosip tidak jelas itu.
Related Posts

21 Februari 2009

DHA & AA ?

Di dunia ini, apalagi di dunia media informasi - termasuk milis - tidak ada
yang benar-benar bebas nilai. Semua memiliki tujuan, memiliki target,
termasuk memiliki "iklan". Begitu juga, tidak semua hal bisa kita pandang
sebagai hitam-putih. Artinya, iklan itu baik atau buruk, itu dipengaruhi
juga oleh cara pandang kita.

Ad Epx Med Biol jurnal tahun 2001 menuyusun review, bahwa memang bayi dengan
ASI menunjukkan perkembangan syaraf lebih baik daripada bayi dengan susu
formula. Satu parameter yang utama adakah adanya Long-chain PUFA pada ASI
yang tidak didapatkan pada susu formula, sehingga zat ini yang dianggap
berpengaruh signifikan. Ini didukung pula oleh Jurnal Family Health Care
tahun 2002.

Jurnal Lipids 2001 melaporkan, penambahan DHA dan AA pada susu formula
standar meningkatkan proporsi antigen yang mature (matang), memperbaiki
produksi IL-10 dan mengurnagi produksi IL-2 (semua ini bersifat memperkuat
sistem imun) sampai pada tingkatan yang tidak berbeda signifikan dengan yang
dicapai pada bayi-bayi dengan ASI.

Jurnal Ann N Y Acad Sci June 2002 melaorkan, pemberian supplementasi DHA dan
AA berpengaruh positif terhadap kemampuan penglihatan sampai usia 1 tahun
segra fungsi-fungsi kognifif syaraf. Penelitian ini pada bayi prematur
ataupun yg matur. Ini didukung Eur J Clin Nutr 2003 yang melaporkan
khususnya pada bayi prematur.

Memang, kita sulit mendapatkan hasil penelitian di bidang ini yang bersifat
randomized double-blind placebo-controll karena hambatan etik. Tidak mungkin
kita meminta subyek penelitian untuk menentukan jenis susu apa yg diminum,
ataupun memberikan placebo secara random. Begitu juga, penelitian hanya bisa
terbatas pada jangka pendek, perlu waktu lama untuk menentukan apakah
riwayat minum ASI dan susu formula membedakan tingkat IQ (apalagi EQ dan SQ)
setelah 30 tahun kemudian misalnya.

Yang jelas, hasil-hasil penelitian tersebut mendorong usaha untuk membuat
susu formula yang makin mendekati struktur dan fungsi ASI. Caranya dengan
ditambahkan beberapa komponen : long-chain polyunsaturated fatty acids
(LCPUFA) untuk komposisi otak dan perkembangan syaraf (seperti disoroti
dalam artikel dimaksud), pro- dan prebiotik untuk flora normal dan
pertahanan lokal di saluran pencernaan, serta nukleotida untuk memacu respon
imun. Dilakukan juga perubahan kuantitas dan kualitas protein untuk
mendekati pola keseimbangan asam amino darah sehingga cocok untuk
perkembangan otak dan fungsi neurotransmitter tahap dini, mencegah asupan
protein berlebih yang bisa menimbulkan obesitas, serta menggunakan protein
terhidrolisa untuk mencegah gangguan atopik (Minerva Pediatric Jurnal Juni
2003).

Yang ingin saya tekankan, para pembicara itu tidak salah, mereka bicara
berdasarkan data, berdasarkan penelitian. Kita tidak selayaknya tergesa-gesa
menilai mereka sebagai "disusupi" iklan.

Membaca artikel tersebut, kita seperti melihat sebuah gelas berisi air
setengahnya. Kita bisa katakan "setengah kosong" bisa juga "setengah isi"
tergantung darimana kita memandangnya. Tidak selayaknya kita tergesa-gesa
melakukan judgement. Sebagai SP kita harus mampu berpikir komprehensif,
bukan hitam-putih.

Penambahan suplemen dalam susu formula tersebut ditujukan pada bayi dari Ibu
yang oleh karena suatu hal tidak mampu memberikan ASI ekslusif sampai 6
bulan. Susu formula tidak pernah ditargetkan untuk mampu menyamai ASI,
targetnya hanya sebisa mungkin mendekatinya.

Artinya, kita harus memahami artikel tersebut dengan lengkap. Semua
penelitian yang saya kutip diatas selalu diakhiri dengan penekanan bahwa :

1. ASI tidak ada tandingannya. ASI adalah pilihan satu-satunya untuk masa
menyusui ekslusif. Hal ini tidak ada penelitian yang menentangnya.
2. Pemberian susu formula dengan suplementasi DHA dan AA adalah sebagai
substitusi BILA memang Ibu tidak dapat memberikan ASInya oleh suatu hal (*).
Usaha maksimal harus dilakukan agar Ibu dapat memberikan ASI-nya.
3. Suplementasi terhadap susu formula tidak pernah dimaksudkan untuk bisa
menyamai ASI, hanya berusaha menirunya bila memang terpaksa harus diberikan
sebagai pengganti ASI.
4. Supplementasi terhadap susu formula tidak pernah bisa memenuhi
keuntungan-keuntungan lain dalam pemberian ASI (terutama keuntungan
non-fisik/hubungan psikologis) yang juga berperan besar terhadap
perkembangan anak (**).

Tanda (*) dan (**) ini saya berikan untuk menunjukkan, bidang inilah yang
menjadi salah satu "iklan" penting dari milis ini (semoga saya tidak salah
menangkap nuansa ini). Tidak dapat memberikan ASI sebabnya bisa banyak
tetapi yang paling sulit diatasi adalah : kesadaran Ibu sendiri. Untuk
itulah giat dilakukan kampanye untuk menyadarkan para Ibu agar bisa memenuhi
ASI ekslusif, agar tidak patah semangat, agar tidak khawatir anaknya kurang
gizi, agar Ibu ASI ekslusif diterima oleh lingkungan keluarga dan lingkungan
kerjanya, agar suami dan keluarga mendukung, terutama agar yakin bahwa SEMUA
ibu pasti mampu melakukan ASI ekslusif .... Semua itu bertujuan baik.

Apakah lantas kita mau kalau ada yang menganggap kita telah "menutupi fakta"
bahwa memang ada saja Ibu yang benar-benar tidak atau sangat sedikit
memproduksi ASI atau oleh karena suatu hal tidak dapat memberikannya (for
whatever the reason is) ? Bukankah memberi susu formula juga tidak berarti
"ibu itu tidak cinta pada anaknya" ? Mau kalau kita dianggap "disusupi"
iklan sehingga menutupi fakta itu ?

Tentu saja tidak demikian. Kita kampanyekan ASI ekslusif dengan kencang,
karena itulah "iklan" kita. Iklan itu baik karena didasari kepentingan
sebagian terbesar masyarakat, mewakili manfaat yang jauh lebih besar
daripada kerugiannya. Bahwa ada satu dua yang tidak sesuai, satu dua yang
"meleset", itulah kenyataan, tidak ada yang sempurna.

Hal ini juga saya tekankan untuk menunjukkan tidak selamanya "iklan" itu
buruk. Kita yang harus mampu memilah dan memilih agar mengerti dan menangkap
yang positif dari iklan itu. Menjadi pembicara di suatu forum oleh dukungan
suatu sponsor, tidak serta merta menjadikan pembicara itu harus dianggap
"disusupi" iklan. Dalam forum seperti itulah, seorang "ilmuwan" diuji TIDAK
sekedar keilmuannya tetapi rasa kemanusiaannya agar mampu memetakan
pengatahuannya pada tempat yang pas untuk kepentingan sebagian terbesar
masyarakat.

Bagaimana dengan klaim bahwa "tidak selamanya makanan bisa memenuhi
kebutuhan DHA" ? Memang benar ! Benar kalau kita tidak tahu apa piramida
makanan, tidak tahu caranya membuat balita kita mendapatkan makanan sehat,
tidak tahu bagaimana memaknai ungkapan "empat sehat lima sempurna", tidak
tahu bahwa "susu adalah pelengkap, tetapi bukan segalanya". Itu pula "iklan"
lain yang tidak kalah penting dari milis ini. Bahwa ada saja satu dua anak
dengan gangguan saluran cerna, sehingga memerlukan treatment diet khusus,
sekali lagi, itulah kenyataan, tidak ada yang sempurna.

Bagaimana dengan informasi "DHA dan AA malah bisa merugikan". Di dunia ini,
semuanya sebenarnya berguna, asal dalam takaran yang pas. Masalah utama yang
dihadapi dalam menyusun susu formula yang mendekati komposisi ASI adalah
menentukan konsentrasi ini.

Kadar DHA dan AA dalam ASI sangat dipengaruhi oleh asupan diet dan kondisi
metabolisme tubuh Ibunya. Artinya apa ? Kadar itu berubah-ubah setiap waktu.
Berarti yang diterima anak juga berubah-ubah. Apalagi antara Ibu satu dengan
Ibu yg lain, berarti bayi satu tidak sama dengan bayi lain. Tentu masih
ingat kan penjelasan Ahli Laktasi betapa "ASI itu bisa berubah-ubah setiap
jam-nya" ?

Hal ini menyulitkan menyusun patokan seberapa kadar suplementasi DHA dan AA
ke dalam susu formula. Patokan yang dipakai sekarang didasarkan pada
penelitian sekian ribu sampel Ibu-ibu menyusui yang sehat badannya. Namun
betapapun, tetap saja variasi akan ada, padahal tidak mungkin membuat susu
formula dengan sekian banyak variasi kadar suplementasi DHA dan AA.

Bagaimana soal informasi "DHA dan AA buatan itu malah bikin anak hiperaktif"
? Saya tidak memiliki data pasti karena kalau informasi yang saya dapat
tidak menunjukkan hubungan.

Jurnal of Pediatry Agustus 2001, kemudian Lipids jurnal Oktober 2003 serta
Eur Jurnal of Clinical Nutrition Maret 2004, tidak mendapatkan hasil
signifikan dari suplementasi DHA terhadap anak-anak dengan
attention-deficit/hyperactivity disorder. Artinya, tidak ada perbaikan nyata
dibandingkan anak-anak yang tidak mendapatkan suplementasi.

Justru catatan yang beberapa kali dilontarkan adalah hubungannya dengan
risiko perdarahan. Dalam tubuh manusia, asam lemak tak jenuh - termasuk DHA
dan AA - bersifat bi-fasic, bisa bersifat anti bisa juga bersifat
pro-oxidant. Ada uraian biokimiawi cukup rumit dalam hal ini, tetapi intinya
berpengaruh terhadap keseimbangan trombosit darah. Tubuh memiliki mekanisme
keseimbangan agar darah tidak mudah membeku di dalam tubuh tapi di sisi lain
segera berhenti bila terjadi perdarahan. Trombosit adalah salah satu yang
berperan di dalamnya, dan ini menjadi perhatian penting dalam menetapkan
kadar suplementasi DHA dan AA.

Wah sudah panjang sekali ya ?

Saya ingin sekali menekankan, jangan kita tergesa-gesa menganggap pihak lain
sebagai salah, disusupi iklan, bias dan sejenisnya. Kita yang harus lebih
mampu memilih dan memilah informasi. Dengan cara ini, kita tidak mudah
goyah, tidak mudah resah, sekaligus lebih mudah menjalin komunikasi personal
yang sehat. Ketergesa-gesaan untuk menilai, hanya akan menghambat kita
menyebarkan "iklan" positif yang ingin kita bagikan.

Salam ASI !
penulis: dr.Tonang D Ardyanto

RSS Feed (xml)
Template by : Kendhin x-template.blogspot.com