15 September 2010

Anak yang Sering Ditampar IQ-nya Rendah

Senin, 28 September 2009 | 11:55 WIB
KOMPAS.com - Menampar atau memukul kadang dilakukan orangtua untuk membuat anak patuh dan disiplin dalam sekejap. Tapi, tahukah Anda pola asuh yang keras bisa menimbulkan dampak buruk bagi perkembangan otak anak?

Studi terkini menyebutkan, orangtua yang bereaksi terlalu keras untuk mengoreksi kesalahan anak, misalnya dengan cara menampar atau memukul, tidak hanya menyebabkan anak stres tapi juga membuat tingkat kecerdasan (IQ) anak lebih rendah.

Studi yang dilakukan peneliti terhadap ribuan anak di Amerika Serikat menunjukkan, anak yang kerap ditampar orangtuanya memiliki nilai IQ (intelligence quotients) yang lebih rendah dibanding anak yang tidak pernah ditampar.

"Setiap orangtua ingin punya anak yang pintar. Dengan menghindari kekerasan pada anak dan melakukan cara lain untuk mengoreksi kesalahan anak, hal itu bisa dicapai," kata Murray Straus, sosiolog dari Universitas New Hampshire, AS.

Dalam risetnya, Strauss dan timnya melakukan studi nasional terhadap dua kelompok sampel anak, yakni 806 anak berusia 2-4 tahun, dan 704 anak berusia 5-9 tahun. Pada saat dimulainya studi anak-anak tersebut mengikuti tes IQ dan tes berikutnya di akhir studi, empat tahun kemudian.

Anak-anak dari dua kelompok itu menunjukkan tingkat kecerdasan yang meningkat setelah empat tahun. Tetapi dari kelompok anak berusia 2-4 tahun yang kerap ditampar orangtunya, menunjukkan skor IQ 5 poin lebih rendah dibanding anak yang tidak pernah ditampar. Untuk anak 5-9 tahun yang pernah ditampar, skor IQ-nya rata-rata lebih rendah 2,8 poin dibanding rekannya yang tidak ditampar.

"Pemukulan atau tindakan kekerasan yang dilakukan orangtua merupakan pengalaman yang traumatik bagi anak. Berbagai penelitian telah menunjukkan kejadian yang traumatik berakibat buruk bagi otak. Selain itu, trauma juga membuat anak memiliki respon stres pada kejadian sulit yang dihadapi. Hal ini tentu berdampak pada perkembangan kognitifnya," papar Straus.

Tak sedikit orangtua yang menjadikan pukulan, tamparan, atau jeweran sebagai senjata untuk mendidik anak. Anak pun memilih untuk menurut daripada mendapat hukuman. "Akibatnya anak tidak bisa berpikir secara independen," kata Elizabeth Gershoff pakar dibidang perkembangan anak dari Universitas Texas, Austin, AS.

Setiap anak memang perlu diajarkan disiplin. Selain agar patuh pada aturan, disiplin juga akan membuat anak belajar menghargai orang lain dan mengontrol dorongan dalam dirinya. Namun, orangtua hendaknya juga perlu membuat batasan-batasan yang dilandasi cinta agar anak merasa aman.

Alih-alih menghukum anak dengan pukulan, beri tekanan lebih pada sisi positif anak, misalnya dengan memberi hadiah atau pujian bila anak berlaku positif. Bila terpaksa memberi hukuman, sesuaikan dengan usia si kecil dan situasi yang berlaku.

01 September 2010

Nyetir Pakai Hands-free Sama Bahayanya dengan Mabuk

Dadan Kuswaraharja : detikOto

detikcom - London, Pengunaan hands-free telepon genggam saat mengemudi selama ini menjadi senjata ampuh bagi kita agar tetap aman berkendara. Namun studi terbaru menunjukkan penggunaan hands-free tetap memiliki risiko.

Penggunaan hands-free relatif mengurangi konsentrasi pengendara ketika menyetir. Kemampuan pengendara untuk menginjak rem dan kemampuan atau skill pengendara berkurang ketika menggunakan hands-free.

Hal itu terjadi karena konsentrasi pengendara terpecah meski mereka menggunakan hands-free sekalipun

Fakta ini merupakan hasil penelitian psikolog Universitas Utah yakni Jason Watson dan David Strayer. Mereka mengumpulkan sekitar 200 sukarelawan untuk berkendara dalam sebuah simulator.

Bagi mereka yang tidak terbiasa melakukan beberapa pekerjaan dalam waktu bersamaan (multi tasking) membutuhkan waktu 20 persen lebih lama untuk menginjak rem ketika diperlukan.

Kemampuan otak untuk mengingat ketika menggunakan hands-free saat mengemudi pun berkurang 11 persen. Hal ini sama seperti saat orang tengah mengalami mabuk.

Seperti dikutip The Telegraph, Kamis (15/4/2010), penelitian mereka ini akan segera diterbitkan dalam jurnal Psychonomic Bulletin and Review.

Selama ini menggunakan telepon genggam di Inggris sudah dilarang sejak 2003, namun penggunaan hands-free masih diperbolehkan. Jadi untuk amannya, lebih baik hindari menelepon saat mengemudi.

RSS Feed (xml)
Template by : Kendhin x-template.blogspot.com