22 Februari 2010

Belajar Bijaksana dari Filosofi Wayang Bhimasena

Delapan orang remaja berumur sekitar 15 tahunan terlihat sedang mengerumuni sebuah etalase kaca besar yang di dalamnya terdapat beberapa koleksi wayang bertahtakan batu intan.

Sesekali mereka mengangguk-anggukkan kepala sambil melihat tulisan yang dicantumkan di samping rak pajangan. "Pengunjung memang selalu nampak tersihir dengan uniknya koleksi-koleksi wayang di sini," kata Kepala Museum Wayang, Dachlan.

Ia menyatakan memang sudah seharusnya generasi muda menghargai karya negeri sendiri terutama yang bersifat tradisional dan diwariskan nenek moyang secara turun temurun.

Namun, ia juga menyayangkan masih banyak masyarakat terutama golongan muda yang berpikir wayang hanyalah sejenis pertunjukan seni tradisional Indonesia yang bersifat hiburan. "Padahal karakter wayang sendiri juga mengandung nilai petuah yang bagus untuk dijadikan pegangan hidup manusia," katanya.

Jika ditelaah lagi, katanya, setiap tokoh wayang memiliki cerita sendiri dan pesan moral yang ditonjolkan juga banyak. Ia memberi contoh tokoh Bhima, salah satu karakter dalam Pandawa Lima dari cerita wayang Ramayana. Nama Bhima yang juga disebut Werkudara itu memiliki arti proses menahan napas.

Dalam pewayangan hal tersebut juga bisa diartikan orang yang mampu menahan segala godaan dalam hidup. Namun, untuk mencapai tahapan tersebut, seseorang harus mengalami berbagai macam ujian.

Pada kisah Bhima di lakon yang berjudul Dewaruci, diceritakan ia diperintahkan gurunya, Resi Dorna, untuk mencari sebuah inti air suci bernama Banyu Perwita Sari di dasar lautan.

Untuk mencari mata air tersebut, Bhima harus masuk ke dalam samudera dan mengalahkan raksasa Rukmuka dan Rukmukala yang mencoba menghentikan misinya. Bhima juga harus menghadapi naga raksasa sebelum akhirnya ia bertemu dengan Dewaruci dan mendapatkan nasehat-nasehat tentang hidup. Dia akhirnya menjadi lebih arif dalam menjalani hidupnya.

"Jika dianalisa lebih jeli, musuh-musuh adik Puntadewa dalam cerita itu sebenarnya adalah representasi dari godaan yang selalu ada dalam kehidupan manusia sedangkan kemenangan Bhima adalah suatu bukti bahwa manusia jika berusaha dengan sungguh-sungguh akan mencapai keinginannya walaupun masalah menghadang," katanya.

Hal yang bisa dipetik dalam cerita Bhima tersebut adalah bahwa setiap manusia memang harus menghadapi ujian dan godaan dulu barulah mendapatkan makna hidup yang sesungguhnya.

Simbol

Selain kisah Bhima yang bisa dijadikan inspirasi bagi kehidupan manusia, pakaian dan aksesoris yang dikenakan tokoh ini pun juga sarat makna.

Bhima pada cerita Dewaruci dikisahkan membawa senjata Gada Rujakpolo. Kata Polo secara harfiah berarti otak sedangkan arti tersiratnya adalah bahwa untuk memecahkan dan menguasai segala cita-cita, pandangan hidup dan mengembangkannya harus mempergunakan otak.

Tokoh yang diilustrasikan sebagai orang kuat ini juga mengucapkan semacam mantra yang dinamakan Aji Bandung Bandawasa Gandamana yang artinya bahwa sekeliling tubuhnya dari rambut sampai telapak kaki, diikat oleh penguasa yakni Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kuasa Tuhan, Bhimasena bisa hidup disertai pikiran yang bisa menyaring mana yang baik dan buruk.

Sementara itu, Pancanaka, kuku tangan Bhima yang digunakan sebagai senjata juga bisa diartikan bahwa manusia harus menggunakan kedua tangannya yang masing-masing berjari lima untuk mencapai semua tujuan hidupnya.

Bhima juga digambarkan memakai gelang Candra Kirana yang berbentuk bulan dan bintang. Bulan menurut kepercayaan masyarakat adalah benda langit yang mengeluarkan cahaya yang lembut dan mampu memekarkan kuncup bunga sedangkan bintang banyak dipergunakan sebagai patokan bagi manusia untuk kepentingan pertanian, mencari ikan di laut,menentukan arah dan juga lambang ketinggian martabat dalam karir.

Dalam hal ini, Bhima digambarkan mampu memberikan masyarakat suasana sejuk, mengarahkan mereka ke jalan yang benar dan mampu meninggikan derajat manusia lainnya.

Anting-anting Bhima yang dinamakan Kembang Manggis memiliki arti sendiri. Jika dilihat helaian bunga manggis yang terletak di luar kulit buah tersebut ternyata jumlahnya selalu sama dengan jumlah isi manggis.

Hal ini berarti Bhima hanya mau mendengarkan sesuatu yang benar. Sekalipun hal yang didengar terasa pahit seperti kulit Manggis, tetapi bila di dalamnya mengandung kebenaran maka akan tetap manis pada akhirnya.

"Makna-makna seperti itulah yang dibutuhkan manusia sebagai patokan dalam hidupnya. Sudah selayaknya masyarakat mengambil contoh dari sikap dan nasehat-nasehat yang diilustrasikan dalam tokoh wayang ke kehidupan sehari-hari mereka," kata Dachlan.

Sumber: Googling

08 Februari 2010

Kencing manis / Diabetes Ternyata Disebabkan Oleh Keasaman Tubuh

Pankreas memproduksi salah satu dari cairan tubuh dengan pH tertinggi - yaitu cairan pankreas / insulin dengan pH 8.8.

Kekurangan kalsium ion dalam tubuh mengganggu produksi dan pelepasan hormon insulin. Ini akhirnya mengarah pada kondisi darah yang asam. Dalam jangka panjang keasaman darah akan mempengaruhi keasaman organ tubuh yang menyebabkan penggumpalan limbah tubuh seperti kolesterol, karena kepekatannya limbah tubuh tidak bisa terbuang keluar tubuh .

Tumpukan limbah asam tubuh yang tidak bisa terbuang akan melapisi bagian reseptor dari sel beta penghasil insulin, akibatnya produksi insulin oleh tubuh dikurangi. Hal ini menjadi penyebab terjadinya Kencing manis / Diabetes.

Minum air alkali dengan pH Basa (pH 8.5) setiap hari akan membuat keasaman darah diperbaiki sehingga proses detoksifikasi/pembuangan limbah tubuh bisa berjalan normal & produksi insulin bisa kembali normal. Dengah demikian gula darah akan menjadi normal & anda terbebas dari diabetes.

RSS Feed (xml)
Template by : Kendhin x-template.blogspot.com