30 Juni 2009

Susu Sapi Bukan untuk Manusia

Tidak ada makhluk di dunia ini yang ketika sudah dewasa masih minum susu -kecuali manusia. Lihatlah sapi, kambing, kerbau, atau apa pun: begitu sudah tidak anak-anak lagi tidak akan minum susu. Mengapa manusia seperti menyalahi perilaku yang alami seperti itu?

"Itu gara-gara pabrik susu yang terus mengiklankan produknya," ujar Prof Dr Hiromi Shinya, penulis buku yang sangat laris: The Miracle of Enzyme (Keajaiban Enzim) yang sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama. Padahal, katanya, susu sapi adalah makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga hanya minum susu sapi. Mana ada anak sapi minum susu manusia, katanya.

Mengapa susu paling jelek untuk manusia? Bahkan, katanya, bisa menjadi penyebab osteoporosis? Jawabnya: karena susu itu benda cair sehingga ketika masuk mulut langsung mengalir ke kerongkongan. Tidak sempat berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita. Akibat tidak bercampur enzim, tugas usus semakin berat. Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung menggumpal dan sulit sekali dicerna. Untuk bisa mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan "enzim induk" yang seharusnya lebih baik dihemat. Enzim induk itu mestinya untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan tulang. Namun, karena enzim induk terlalu banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, peminum susu akan lebih mudah terkena osteoporosis.

Profesor Hiromi tentu tidak hanya mencari sensasi. Dia ahli usus terkemuka di dunia. Dialah dokter pertama di dunia yang melakukan operasi polip dan tumor di usus tanpa harus membedah perut. Dia kini sudah berumur 70 tahun. Berarti dia sudah sangat berpengalaman menjalani praktik kedokteran. Dia sudah memeriksa keadaan usus bagian dalam lebih dari 300.000 manusia Amerika dan Jepang. Dia memang orang Amerika kelahiran Jepang yang selama karirnya sebagai dokter terus mondar-mandir di antara dua negara itu.

Setiap memeriksa usus pasiennya, Prof Hiromi sekalian melakukan penelitian. Yakni, untuk mengetahui kaitan wujud dalamnya usus dengan kebiasaan makan dan minum pasiennya. Dia menjadi hafal pasien yang ususnya berantakan pasti yang makan atau minumnya tidak bermutu. Dan, yang dia sebut tidak bermutu itu antara lain susu dan daging.

Dia melihat alangkah mengerikannya bentuk usus orang yang biasa makan makanan/minuman yang "jelek": benjol-benjol, luka-luka, bisul-bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini seperti diikat dengan karet gelang. Jelek di situ berarti tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Sedangkan usus orang yang makanannya sehat/baik, digambarkannya sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan, dan segar.

Karena tugas usus adalah menyerap makanan, tugas itu tidak bisa dia lakukan kalau makanan yang masuk tidak memenuhi syarat si usus. Bukan saja ususnya kecapean, juga sari makanan yang diserap pun tidak banyak. Akibatnya, pertumbuhan sel-sel tubuh kurang baik, daya tahan tubuh sangat jelek, sel radikal bebas bermunculan, penyakit timbul, dan kulit cepat menua. Bahkan, makanan yang tidak berserat seperti daging, bisa menyisakan kotoran yang menempel di dinding usus: menjadi tinja stagnan yang kemudian membusuk dan menimbulkan penyakit lagi.

Karena itu, Prof Hiromi tidak merekomendasikan daging sebagai makanan. Dia hanya menganjurkan makan daging itu cukup 15 persen dari seluruh makanan yang masuk ke perut.

Dia mengambil contoh yang sangat menarik, meski di bagian ini saya rasa, keilmiahannya kurang bisa dipertanggungjawabk an. Misalnya, dia minta kita menyadari berapakah jumlah gigi taring kita, yang tugasnya mengoyak-ngoyak makanan seperti daging: hanya 15 persen dari seluruh gigi kita. Itu berarti bahwa alam hanya menyediakan infrastruktur untuk makan daging 15 persen dari seluruh makanan yang kita perlukan.

Dia juga menyebut contoh harimau yang hanya makan daging. Larinya memang kencang, tapi hanya untuk menit-menit awal. Ketika diajak "lomba lari" oleh mangsanya, harimau akan cepat kehabisan tenaga. Berbeda dengan kuda yang tidak makan daging. Ketahanan larinya lebih hebat.

Di samping pemilihan makanan, Prof Hiromi mempersoalkan cara makan. Makanan itu, katanya, harus dikunyah minimal 30 kali. Bahkan, untuk makanan yang agak keras harus sampai 70 kali. Bukan saja bisa lebih lembut, yang lebih penting agar di mulut makanan bisa bercampur dengan enzim secara sempurna. Demikian juga kebiasaan minum setelah makan bukanlah kebiasaan yang baik. Minum itu, tulisnya, sebaiknya setengah jam sebelum makan. Agar air sudah sempat diserap usus lebih dulu.

Bagaimana kalau makanannya seret masuk tenggorokan? Nah, ini dia, ketahuan. Berarti mengunyahnya kurang dari 30 kali! Dia juga menganjurkan agar setelah makan sebaiknya jangan tidur sebelum empat atau lima jam kemudian. Tidur itu, tulisnya, harus dalam keadaan perut kosong. Kalau semua teorinya diterapkan, orang bukan saja lebih sehat, tapi juga panjang umur, awet muda, dan tidak akan gembrot.

Yang paling mendasar dari teorinya adalah: setiap tubuh manusia sudah diberi "modal" oleh alam bernama enzim-induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan di dalam "lumbung enzim-induk" . Enzim-induk ini setiap hari dikeluarkan dari "lumbung"-nya untuk diubah menjadi berbagai macam enzim sesuai keperluan hari itu. Semakin jelek kualitas makanan yang masuk ke perut, semakin boros menguras lumbung enzim-induk. Mati, menurut dia, adalah habisnya enzim di lumbung masing-masing.

Maka untuk bisa berumur panjang, awet muda, tidak pernah sakit, dan langsing haruslah menghemat enzim-induk itu. Bahkan, kalau bisa ditambah dengan cara selalu makan makanan segar. Ada yang menarik dalam hal makanan segar ini. Semua makanan (mentah maupun yang sudah dimasak) yang sudah lama terkena udara akan mengalami oksidasi. Dia memberi contoh besi yang kalau lama dibiarkan di udara terbuka mengalami karatan. Bahan makanan pun demikian.

Apalagi kalau makanan itu digoreng dengan minyak. Minyaknya sendiri sudah persoalan, apalagi kalau minyak itu sudah teroksidasi. Karena itu, kalau makan makanan yang digoreng saja sudah kurang baik, akan lebih parah kalau makanan itu sudah lama dibiarkan di udara terbuka. Minyak yang oksidasi, katanya, sangat bahaya bagi usus. Maksudnya, mengolah makanan seperti itu memerlukan enzim yang banyak.

Apa saja makanan yang direkomendasikan? Sayur, biji-bijian, dan buah. Jangan terlalu banyak makan makanan yang berprotein. Protein yang melebihi keperluan tubuh ternyata tidak bisa disimpan. Protein itu harus dibuang. Membuangnya pun memerlukan kekuatan yang ujung-ujungnya juga berasal dari lumbung enzim. Untuk apa makan berlebih kalau untuk mengolah makanan itu harus menguras enzim dan untuk membuang kelebihannya juga harus menguras lumbung enzim.

Prof Hiromi sendiri secara konsekuen menjalani prinsip hidup seperti itu dengan sungguh-sungguh. Hasilnya, umurnya sudah 70 tahun, tapi belum pernah sakit. Penampilannya seperti 15 tahun lebih muda. Tentu sesekali dia juga makan makanan yang di luar itu. Sebab, sesekali saja tidak apa-apa. Menurunnya kualitas usus terjadi karena makanan "jelek" itu masuk ke dalamnya secara terus-menerus atau terlalu sering.

Terhadap pasiennya, Prof Hiromi juga menerapkan "pengobatan" seperti itu. Pasien-pasien penyakit usus, termasuk kanker usus, banyak dia selesaikan dengan "pengobatan" alamiah tersebut. Pasiennya yang sudah gawat dia minta mengikuti cara hidup sehat seperti itu dan hasilnya sangat memuaskan. Dokter, katanya, banyak melihat pasien hanya dari satu sisi di bidang sakitnya itu. Jarang dokter yang mau melihatnya melalui sistem tubuh secara keseluruhan. Dokter jantung hanya fokus ke jantung. Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di usus. Demikian juga dokter-dokter spesialis lain. Pendidikan dokter spesialislah yang menghancurkan ilmu kedokteran yang sesungguhnya.

Saya mencoba mengikuti saran buku ini sebulan terakhir ini. Tapi, baru bisa 50 persennya. Entah, persentase itu akan bisa naik atau justru turun lagi sebulan ke depan.

Yang menggembirakan dari buku Prof Hiromi ini adalah: orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan enak, hatinya senang. Kalau hatinya sudah senang dan pikirannya gembira, terjadilah mekanisme dalam tubuh yang bisa membuat enzim-induk bertambah.

Sumber: Mailing List LoSTA MASTA

18 Juni 2009

Agar Diabetesi Tidak Diamputasi

KOMPAS.com — Salah satu hal yang dikhawatirkan terjadi pada orang dengan diabetes (diabetesi) adalah jika terjadi luka yang membusuk (gangren), lalu harus diamputasi. Secara medis diketahui, luka membusuk itu akan terus merembet ke bagian tubuh lain. Satu-satunya jalan untuk menghentikannya adalah dengan memotong bagian busuk itu.

Bagaimana caranya agar terhindar dari kejadian mengerikan itu? Ikuti saran berikut ini:

- Jaga gula darah tetap normal dengan cara-cara sesuai yang diajarkan dokter, yakni mengontrol makan, berolahraga, dan minum obat.

- Jaga berat badan ideal. Terlalu gemuk akan meningkatkan risiko lipatan-lipatan tubuh lembab, menjadi sarang kuman, dan mengalami lecet akibat gesekan.

- Hindari segala macam kemungkinan yang dapat menyebabkan tubuh mengalami luka. Perlu diingat, pada diabetesi, luka akan membawa risiko sulit sembuh dan membusuk.

- Hentikan kebiasaan berolahraga atau joging tanpa alas kaki karena akan meningkatkan risiko kaki mengalami perlukaan. Perlu diingat, bagian yang jauh dari jantung memiliki kemungkinan kebas karena aliran darah tidak cukup. Akibatnya, jika kaki tertusuk pasir, duri, paku, dan sebagainya, tidak akan terasa.

- Sebelum menggunakan sepatu, selalu pastikan bahwa di dalam sepatu benar-benar bersih dan aman, tidak terselip pasir atau sesuatu yang dapat menimbulkan luka.

- Perhatikan cara yang benar saat memotong kuku, baik kuku tangan, maupun kuku kaki supaya menghindari kemungkinan tertusuk.

- Jika terjadi perlukaan, segeralah berkonsultasi ke dokter ahli agar mendapatkan penanganan yang tepat.

15 Juni 2009

Waspada, Teh Botol Sosro Racunnya Teh (HOAX)

Isi E-mail menyesatkan yang beredar saat ini:
--------------------
Marini tidak mengerti kenapa anaknya bertingkah aneh malam itu, terus-terusan rewel. "Rasanya dia tidak sakit apa-apa." Sudah tiga dokter yang dia temui, semuanya menunjukkan gejala kecanduan yang akut. Tapi kecanduan apa, anaknya belum bisa bicara, bagaimana dia bisa cari tahu?

Sampai akhirnya dia menemukan berita mengenai kandungan berlebihan hidroxylic acid (atau nama resminya dalam format IUPAC adalah dihidrogen monoksida) di dalam Teh Botol Sosro dari internet. Ia langsung ingat, anaknya tadi siang baru saja menghabiskan tiga botol teh yang dibungkus dalam berbagai kemasan dan merk ini. Celaka!

Ya, selama ini orang menganggap Teh Botol Sosro dibuat dari daun teh alami seperti yang diiklankan. Nyatanya itu semua bohong, daun teh hanyalah sebagian kecil dari bahan utama. Hidroxylic acid lah yang bertahun-tahun telah dipakai sebagai bahan utama teh botol sosro, sehingga menyebabkan teh ini terasa lebih enak daripada merk-merk lain.

Scientist dari seluruh Universitas terkenal di Amerika sepakat, tanpa kita sadari hydroxylic acid sudah menguasai industri makanan. Dengan adanya hydroxylic acid, rasa pahit yang sering muncul bila kita memakai pemanis buatan bisa hilang tidak bersisa. Nyaris tidak ada makanan dan minuman olahan yang tidak disentuh bahan ini. Dalam batasan wajar memang bisa berguna bagi tubuh kita, dan tubuh kita punya mekanisme untuk menetralisir kelebihan zat ini. Namun begitu melebihi ambang batas, tidak ada satupun manusia yang bisa selamat.

Gejala kelebihan hydroxylic acid meliputi pusing, diare, pecahnya sel-sel tubuh (plasmolisis) , bahkan jika konsentrasinya di dalam tubuh naik signifikan, bisa menyebabkan rusaknya sel batang otak (neurolisis) dan kematian mendadak. Hal ini telah memusingkan banyak petugas medis di dunia.
"Sedetik saja gejala kelebihan ini terlambat ditangani, nyawa pasien melayang," jawab Dr. Priyadi Handoko, ahli kesehatan dari IKDN. Kalau sudah begini, pengobatannya bisa sampai jutaan rupiah. Lalu mampukah orang-orang seperti Marini menyembuhkan anaknya?

Yang membuat masalah ini jadi runyam adalah tidak adanya regulasi pemerintah tentang penggunaan hydroxylic acid dalam industri. Pemakaiannya tercampur baur. Data menunjukkan bahwa sebagian besar industri berbahaya memakai Hydroxylic acid. Reaktor nuklir, pabrik pupuk, pewarna tekstil, semua memakai bahan yang termasuk kategori senyawa kuat ini dalam konsentrasi tinggi.

Bahkan beberapa tahun belakangan hydroxylic acid juga dipakai sebagai agen reaktif dalam pengangkatan minyak bumi. Dengan bantuan hydroxylic acid, sumur-sumur tua bisa kembali berproduksi.

Saat dihubungi, Humas PT Sosro tidak berkomentar banyak. "Kami sudah menggunakannya secara bertanggung jawab. Seluruh lini produk Teh Botol Sosro sudah lewat pengawasan badan POM". Masalahnya, berapa kadar hydroxylic acid dalam makanan yang bisa dianggap bertanggung jawab? Kenapa selama ini terkesan ditutup-tutupi dari sorotan publik? Saat pertanyaan itu diajukan, "Brak!", telepon dibanting.

Hydroxylic acid adalah simbol keangkuhan industri besar makanan. Penggunaannya tidak melalui transparansi yang jelas. Bahkan bahayanya tidak pernah diumumkan ke masyarakat.. Tutup matanya pemerintah terhadap isu ini wajar jika menimbulkan kecurigaan, berapa besar dana gelap yang sudah mengalir untuk menyembunyikan bau busuk isu hydroxylic acid? Merk apa saja yang sudah nekat memakai hydroxylic acid demi mendapatkan keuntungan besar?

Kini anak Marini masih tergolek di tempat tidur dengan menangis.. Marini bingung, apa yang harus dilakukan sekarang. Untuk mengobati kecanduan
anaknya, dia tidak punya biaya.

Please spread the words. Sebarkan berita ini kepada orang-orang yang kamu sayangi, sebelum semuanya terlambat! Perangi hydroxylic acid!
---------------------------

Penjelasan bahwa berita di atas adalah HOAX (BOHONG):
Jakarta Detik.com– Analis antivirus dan keamanan komputer menemukan penyebaran e-mail tipuan yang menjadikan Teh Botol Sosro sebagai korbannya. Minuman ringan populer itu disebut

E-mail kabar bohong alias hoax itu diduga menyebar sejak awal Mei 2009. Penyebarannya pun menjadi ramai akibat pengguna internet yang ‘baik hati’. :-)

Menurut Alfons Tanujaya, analis antivirus dan keamanan komputer dari Vaksincom, dalam keterangan yang dikutip detikINET, Senin (11/5/2009), pengguna internet banyak yang ikut menyebarkan kabar bohong tersebut lewat email. “Alih-alih membantu orang, si pengirim email inilah yang sebenarnya teracuni oleh berita bohong karena tidak melakukan crosscheck terlebih dahulu sebelum mengirimkan email,” ujarnya.

Berikut adalah analisa Alfons terhadap kabar bohong yang telah menyebar itu:
-- Pembuat hoax ini cukup piawai, karena ia langsung menyentuh ketakutan orang tua masa kini, dimana yang menjadi korban adalah anak kecil yang rewel. Siapa yang tidak khawatir kalau anaknya sakit?
-- Hidroxilic acid atau dihidrogen monoksida. Mungkin nama ’seram’ berbau kimia ini yang meyakinkan mayoritas orang awam percaya dan memutuskan untuk mem-forward email ini. Dimana sering terjadi orang meninggal karena keracunan Karbon Monoksida (CO) di dalam mobil yang diparkir dan tetap dinyalakan mesinnya. Tetapi perlu anda ketahui bahwa dihidrogen monoksida adalah dua (di) hidrogen, satu (mono) oksida ditulis dengan nama H2O yang artinya air.
-- Pembuat hoax berusaha mendapatkan pengesahan dari sumber terpercaya seperti “Universitas terkenal di Amerika”. Universitas yang mana?
Hoax ini menakuti korbannya dengan kalimat “Sedetik saja gejala kelebihan ini terlambat ditangani, nyawa pasien melayang,” jawab Dr. Priyadi Handoko, ahli kesehatan dari IKDN. Padahal siapa Dr. Priyadi Handoko dan apa itu IKDN tidak dapat ditemukan dan tidak dapat memberikan konfirmasi.
-- Lalu tidak lupa pembuat hoax ini ‘menghimbau’ penerima berita untuk meneruskan informasi ini dengan kalimat “Please spread the words. Sebarkan berita ini kepada orang-orang yang kamu sayangi, sebelum semuanya terlambat! Perangi hydroxylic acid!”

Alfons pun menuturkan poin-poin yang membuktikan bahwa kabar racun dalam Teh Botol Sosro itu memang kabar bohong:
-- Wikipedia yang menjelaskan bahwa DHMO atau Dihydrogen Monoxide adalah H2O atau air. Ide hoax menggunakan istilah DHMO ini pertama kali digunakan oleh Eric Lechner dan Matthew Kaufman di tahun 1990, dirubah sedikit oleh Craig Jackson di tahun 1994 dan menjadi populer karena Nathan Zohner (14 tahun) di tahun 1997 yang menggalang petisi untuk memboikot DHMO. Lalu oleh seorang praktisi periklanan Indonesia CCI (Creative circle Indonesia), Hariadi dimodifikasi menjadi hoax Teh Botol Beracun. (April 2009).
-- Situs Hariadi yang menjelaskan kronologi pengiriman hoax yang sebenarnya merupakan konsep periklanan untuk komunitas tertutup, tetapi celakanya malah disebarkan keluar oleh orang yang “baik hati” (untuk tidak mengatakan “keterlaluan”).
-- Situs Teh Botol Sosro yang langsung mengklarifikasikan ketidakbenaran hoax ini.

Namun, menurut Alfons, Vaksincom masih memantau adanya penyebaran email kabar bohong ini di berbagai tempat meskipun sudah ada klarifikasi dari berbagai pihak. Selain lewat email, Vaksincom juga menemukan penyebaran kabar bohong ini melalui blog.

08 Juni 2009

Sehat dengan Produk Organik

KOMPAS.com — Sadarkah Anda bahwa tubuh kita terkontaminasi racun yang berasal dari makanan sehari-hari? Residu pestisida, sisa hormon pemacu pertumbuhan, kandungan antibiotik, MSG (monosodium glutamat), bahan pengawet, dan bahan tambahan lain yang bisa berdampak negatif pada tubuh.
Jika terkonsumsi, bahan-bahan ini harus dikeluarkan dari tubuh melalui sistem ekskresi tubuh. Sayangnya, apabila organ-organ ekskresi bekerja terus-menerus akan ada dampaknya. Yaitu munculnya penyakit ringan seperti influenza, hingga yang sistemik, seperti diabetes, kolesterol, hipertensi, bahkan kegagalan fungsi organ yang merupakan ancaman jangka panjang dari mengonsumsi makanan tak sehat.
Salah satu yang bisa meminimalisasi ancaman itu adalah pola hidup sehat. Ini bisa dimulai dengan mengonsumsi makanan yang minim toksin. Makanan ini dikenal sebagai makanan organik: makanan bebas bahan tambahan dan diproses dengan metode, material, dan manipulasi buatan, seperti pematangan secara kimiawi, radiasi makanan, dan modifikasi genetik.
Makanan organik bermanfaat membuat kerja organ jadi lebih ringan. Dampak jangka panjangnya, daya tahan tubuh jadi meningkat. Konsumen produk organik akan merasakan tubuhnya jadi lebih bugar dan tak mudah terserang penyakit.
“Dampak positif lainnya, bisa menurunkan risiko gejala alergi, asma, jerawat, dan dermatitis. Orang-orang dengan alergi yang mengonsumsi produk organik pun akan merasakan gejalanya jadi lebih jarang timbul,” papar dr Angela C. Ardhianie N, konsultan kesehatan dari Healthy Choice, Indonesia.

Sertifikasi organik
Produsen bahan makanan organik yang mengklaim produknya sangat sehat dikonsumsi dan bebas kontaminasi bahan kimia, kini makin banyak saja. Tak hanya produk pertanian segar seperti sayur dan buah, tapi juga produk peternakan, olahan, dan bumbu dapur. Saking banyaknya produk yang mengklaim organik, adakalanya timbul tanda tanya, apakah semuanya benar-benar organik? Bagaimana memastikan itu produk benar-benar organik? Bagaimana pula jika produknya merupakan olahan seperti kecap atau bumbu masak?
Untuk menjawabnya, Angela menekankan, yang dimaksud organik sebenarnya lebih mengacu pada proses dan jaminan bebas bahan kimia maupun rekayasa genetik. Maka, perlu dilakukan sertifikasi oleh badan berwenang yang juga melakukan standarisasi dan penyelidikan terhadap proses produksi terhadap produk organik.
Beberapa badan berwenang yang memberikan izin sertifikasi ini di antaranya Eco-regulation (Uni Eropa), The National Organic Program (Departemen Pertanian Amerika), National Association for Sustainable Agriculture Australia–Organic Standard, Canada Gazette dan Government of Canada, National Program for Organic Production (India), JAS/ Japan Agricultural Standards (Jepang), dan Agriculture Biologique (Perancis).
Produk pertanian, seperti beras, sayur, buah, rempah-rempah, kacang-kacangan, dan kopi, dikatakan layak sebagai produk organik jika proses produksinya sesuai standar yang ditetapkan. Bibit tanamannya harus bebas rekayasa genetik, tanah bebas bahan kimia, proses penanaman bebas penggunaan bahan kimia dan hormon, hingga ke level aman dari kontaminasi pertanian konvensional yang pakai bahan kimia, seperti pupuk anorganik dan pestisida.

Peternakan pun tak jauh berbeda. Pemilihan bibitnya bebas rekayasa, pakan berasal dari pertanian organik saja, tak menggunakan hormon pemacu pertumbuhan, hingga antibiotik dalam pemeliharaan hewan. Setelah itu barulah bisa dipastikan, baik daging, susu, telur, dan lainnya, sebagai produk organik. Untuk produk olahan, seperti kecap, saus, minyak, olahan susu, dan sejenisnya, setidaknya 90-95 persen bahan yang digunakan adalah produk organik.

Ciri-ciri produk organik
Ada tiga cara untuk mengetahui apakah bahan makanan segar di supermarket merupakan produk organik.
1. Label. Lihat daftar komposisi pada kemasan. Bahan olahan seperti kecap, bumbu, minyak, dan lainnya, seharusnya memiliki bahan baku organik paling tidak 90 persen.
2. Sertifikasi. Lihat sertifikasi organik yang mungkin dikeluarkan oleh beberapa lembaga berwenang dari luar negeri atau Bio-cert.
3. Lihat cirinya. Produk organik segar (sayur dan buah) biasanya berpenampilan tak sempurna. Kadang ditemukan beberapa lubang bekas gigitan ulat, tapi berwarna lebih tajam. Untuk buah, biasanya berwarna lebih menonjol dan tak mengilat. Mengilat adalah tanda buah itu sudah di-wax atau dilapisi lilin agar awet selama penyimpanan.

Bila hasil produk organik tidak diberi label organik, tentu sulit bagi orang awam untuk membedakannya dengan produk yang anorganik. Untuk itu, Anda memang harus lebih mengandalkan perbedaan fisik produk organik dengan yang anorganik.
Lubang-lubang di antara lembar daun sayuran biasanya disebabkan pertanian organik tak menggunakan pestisida untuk mengatasi hama. Namun meski dihiasi lubang-lubang, penampilan sayuran hijau organik umumnya berwarna lebih menarik, tajam, dan segar.
Rasa yang dihasilkan pun berbeda dengan produk pertanian biasa. Angela mencontohkan, bayam jepang yang ditanam secara organik akan memiliki rasa lebih renyah dan tak terlalu berbau. Begitu pula buah-buahan, seperti apel yang akan memiliki rasa lebih manis daripada apel yang ditanam biasa.
Sejumlah konsumen produk organik pun mengakui rasa wortel organik lebih lezat dan tak berbau. Bahkan, ketika diolah menjadi jus, wortel akan terasa lebih nikmat. Sedangkan beras organik yang dimasak menjadi nasi, juga akan lebih tahan lama dan tak mudah basi.
Dengan mengonsumsi makanan organik sebenarnya Anda sedang menabung untuk mempertahankan kesehatan di masa depan. Gaya hidup ala organik ini juga jadi pencegahan penyakit sejak awal. Beberapa konsumen produk organik, menurut pengamatan Angela, berdaya tahan tubuh lebih baik sehingga saat terserang penyakit tak menimbulkan gejala separah orang lainnya.

(Laili Damayanti)

05 Juni 2009

Cara Mengatasi Kebiasaan Ngemil


Mungkin Anda termasuk orang yang senang makan ketika sedang stres. Celakanya, camilan yang dimakan ketika stres adalah donat, gorengan, dan segala jenis makanan berlemak.

Coba ikuti petunjuk berikut ini, sebelum Anda mulai mengunyah ketika dilanda stres.

Pilih Jenis Karbohidrat kompleks

Saat sedang stres, pilih makanan jenis karbohidrat karena zat gizi ini bersifat sebagai penenang dengan mengeluarkan zat bernama serotonin. Serotonin adalah neurotransmitter di otak yang menenangkan. Karbohidrat kompleks seperti kentang rebus, roti gandum, jagung rebus, atau ubi rebus butuh waktu lebih lama untuk dicerna dibandingkan dengan donat, wafer, kue-kue, cakes, sehingga membuat kita lebih tahan lapar. Ini akan mencegah gula darah cepat turun karena terlalu banyak mengonsumsi gula. Konsumsi gula justru membuat rasa cemas jadi lebih parah dalam jangka panjang.

Jangan terlalu lapar

Buat orang yang senang diet ketat, ketahuilah menahan lapar berkepanjangan justru menyebabkan kecemasan jadi bertambah parah. Itu karena kadar gula terlalu rendah, sehingga otak tak mampu menjaga kadar serotonin yang membuat kita jadi tenang.

Tambahkan asam lemak omega-3

Meskipun belum konklusif, ada bukti bahwa asam lemak esensial ini membantu mengatasi cemas dan depresi. Sumber asam lemak omega-3 adalah ikan salmon, ikan kembung, kacang-kacangan, telur.

Tambahkan multivitamin dan mineral

Kekurangan vitamin dan mineral dapat menyebabkan tubuh cemas. Vitamin B berfungsi membuka kunci energi di makanan, khususnya vitamin B6 membantu menghasilkan serotonin di otak.

Cukup pasokan air

Dehidrasi kronis, meskipun hanya ringan, dapat menyebabkan rasa cemas. Pastikan tubuh selalu mendapat pasokan air delapan gelas sehari.

Kurangi kafein

Cola, kopi, teh, cokelat, atau apa pun yang mengandung kafein dapat membuat sistem saraf jadi kewalahan. Kafein memang menyebabkan Anda jadi waspada. Namun, jika berlebihan akan mengubah Anda menjadi gugup, cemas, dan bila parah sekali membuat panik.

Pantang alkohol

Banyak orang minum alkohol untuk menenangkan saraf, tetapi hasilnya justru malah kebalikannya. Untuk sejumlah orang, hangover, insomnia, buang air kecil berlebihan, dehidrasi merupakan tahap menuju rasa cemas. Alkohol dapat menyebabkan serangan panik. Pilihlah jus buah-buahan seratus persen, sebagai pilihan bijak kala menghadapi situasi stres.

Pilih minuman herbal

Sekarang di berbagai supermarket terkemuka tersedia aneka pilihan teh herbal yang menenangkan saraf. Jenis teh herbal itu adalah chamomile dan lemon balm. Sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter terutama jika Anda sedang menjalani pengobatan, hamil, atau menyusui.

Olahraga

Gerak badan juga merupakan solusi alami mengatasi stres dan kecemasan. Olahraga meringankan ketegangan otot, mengurangi tekanan darah, dan jika cukup, menghasilkan endorfin dari otak. Ini adalah zat yang membuat Anda merasa gembira dan rileks.

Sumber: Senior
By Ratna Dwi Maharani

02 Juni 2009

The Science and Miracle of Zona Ikhlas

Ada dua cara menjalani kehidupan. Pertama menganggap bahwa tidak ada satu pun kejadian yang ajaib. Yang kedua, menganggap semua hal yang terjadi adalah keajaiban (Albert Einsten).

KOMPAS.com. Kiranya kata-kata bijak tersebut memang tepat, karena disadari atau tidak, seseorang pasti pernah mengalami hal yang dinamakan miracle atau keajaiban. Keajaiban terjadi dengan tingkat kebetulan yang seringkali tidak masuk akal. Jika diperhatikan, keajaiban sering kali terjadi saat seseorang dalam keadaan berserah, seperti bayi terhadap dunianya.

Sebenarnya, hal tersebut tidak terlalu mengherankan, karena ikhlas bukanlah sesuatu hal yang baru. Bahkan semua bayi yang terlahir, sudah dilengkapi dengan kemampuan itu. Namun sayang, seiring bertambahnya umur dan pengalaman seseorang, nampaknya ikhlas berubah menjadi sesuatu yang mudah untuk diucapkan, namun tidak mudah untuk memahami dan mengaplikasikannya.

Padahal, aplikasi ikhlas justru membuat orang secara alamiah penuh daya. Ini terjadi karena saat seseorang merasa ikhlas dan berserah diri, sesungguhnya ia sedang menyelaraskan pikiran dan perasaanya dengan kehendak ilahi yang menghasilkan kolaborasi niat yang luar biasa pada level kuantum zona ikhlas. Maka saat itulah, terjadi kemudahan dari Tuhan berupa keajaiban yang seringkali hadir dengan sendirinya, seolah-olah otomatis.

Ikhlas adalah berserah, begitu kita dinasihatkan. Ikhlas merupakan "ilmu" tertinggi yang diberikan-Nya kepada umat manusia, dan jika ilmu tersebut diterapkan dalam setiap langkah kehidupan, Tuhan menjanjikan limpahan berkah kebaikan bagi umat manusia.

RSS Feed (xml)
Template by : Kendhin x-template.blogspot.com