10 Desember 2015

Narkoba itu sebenarnya adalah masalah medis.


Morfin, Petidin adalah obat paling mujarab untuk menghilangkan rasa sakit. Nyeri karena patah tulang, nyeri serangan jantung semuanya sirna berkat disuntik morfin. Lama kelamaan baru ketahuan jika obat penghilang sakit itu menyebabkan ketagihan. Beberapa petugas anestesi sering ketahuan meninggal dunia karena OD (overdosis). Menjadi rahasia umum petugas anestesi sering menyuntikkan sisa Petidin ke pahanya jika dia pegal linu. Ketagihan bukan lagi masalah fisik, seperti tulang patah atau serangan jantung, melainkan adalah gangguan jiwa. Selain diberikan obat antidote morfin (Nallorfin), perlu diberikan juga psikoterapi. Ada sekelompok orang jahat yang memanfaatkan fenomena ini. Morfin dijual bebas, sehingga banyak orang menjadi ketagihan. Bukan itu saja, mereka juga menjual candu, bahan baku morfin. Dengan terjadinyan ketagihan, mereka akan membeli morfin terus. Bisnis morfin akan sangat menjanjikan. Ini bisa diantisipasi, jika kita ketagihan makan makanan tertentu di suatu restoran, mungkin saja makanan kita sudah dibubuhi sejenis morfin. Morfin lalu menjadi komoditi. Morfin akan larut dalam fenomena supply dan demand. Morfin menjadi bagian dari ekonomi. Tidak jarang pecandu akan kehabisan uang. Tiada jalan lain upaya berikutnya adalah kriminal, mencuri sampai merampok. Morfin lalu menjadi bagian dari penegakan hukum. Polisi menjadi terlibat dalam masalah morfin. Hukum membedakan antara penyodor dan pemakai. Seringkali perbedaan ini sangat tipis. Ketika pemakai kehabisan duit, dia akan berjualan juga. Penyodor adalah kriminal, sementara pemakai adalah korban. Penyodor masuk penjara, pemakai masuk panti rehabilitasi. Mengapa polisi mau menarik diri dari masalah rehabilitasi ini?

Narkoba bisa dicegah dengan mendalami ilmu kesehatan pencegahan. Narkoba adalah agent (virus DHF), manusia adalah host, penyodor adalah vektor (nyamuk). Pencegahan berusaha memutuskan mata rantai ketiganya. Narkoba dibasmi, manusia didetox, dikebalkan, penyodor disemprot mati. Upaya untuk memutuskan mata rantai itu tidak mudah. Mafia narkoba mempunyai jaringan yang tidak gampang dibasmi oleh polisi. Modus operandinya beraneka ragam. Sampai2 penyelundup disuruh menelan kondom yang berisi narkoba agar tidak tertangkap di Bandara. Meskipun penyandu tahu di mana membeli narkoba, umumnya mereka buta siapa identitas yang menjual barang haram itu. Upaya lainnya masih bisa dilakukan, misalnya bagaimana mengebalkan manusia terhadap narkoba. Istilahnya resilence (mental seperti karet). Dulu sasaran narkoba adalah anak sekolah, peer group (remaja ingin mencoba, krisis identitas), guru sekolah (pengawas terstruktur), orang tua murid (pendidik luar sekolah), kelompok rohaniwan (pendidik mental), tokoh masyarakat (RT, RW, lurah dst). Sekarang kayaknya sudah tidak cocok lagi. Narkoba merebak ke mana2, ke artis, pekerja, akademisi dll. Nampaknya semua lapisan masyarakat harus dikebalkan. Peranan orang tua pada masa kini sudah luntur, kalah dengan peranan peer (kelompok sebaya, seminat). Jika dicari kementerian yang bertanggungjawab, ya semua kementerian. Koordinatornya adalah Kementerian Kesehatan Direktorat Kesehatan Jiwa bersama Badan POM. Dulu promotor UU Narkoba adalah Prof Kusumanto dari Direktorat Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan.


Jika pencegahan tidak berhasil, maka pengobatan harus segera dilakukan. Korban harus didetoksifikasi di rumah sakit. Dulu ada RSKO, namun peranannya kalah dibandingkan Lembaga BNN. Korban narkoba jarang mau sukarela datang ke RSKO. Jika ke BNN itu terpaksa karena korban adalah hasil tangkapan. Terapi korban narkoba jadi amburadul. Detoksifikasi memerlukan waktu sekitar satu minggu. Sesudah itu harus direhabilitasi selama 3 bulan. Ada pesantren, ada lembaga swadaya dll yang menyelenggarakan rehabilitasi ini. Biayanya tidak sedikit. Sesudah itu harus secara berkala ketemu psikiater untuk mendapatkan terapi keluarga. Itu harus dilakukan secara berkala sampai 2 tahun. Jika selama 2 tahun (masa corridor) tidak pernah rindu (ketagihan) diperkirakan seumur hidup akan berhenti jadi penyandu narkoba. Narkoba adalah kompetensi kesehatan.
Pada tahun sekitar 1972an sebuah perusahaan obat Janssen Pharmaceutica Belgia memasarkan produknya di Indonesia. Ada beberapa produk. Salah satu produknya yang bernama Reasec mengandung Dephenoxilate HCl. Obat mencret ini dicampur dengan sulfas atropin (SA). Saya bertanya kepada Product Manager di Belgia van Tulden, mengapa dicampur dengan SA! Sudjoko, (ketika itu saya mahasiswa kedokteran), Dephenoxilate itu mirip morfin yang punya efek ketagihan. Pencampuran dengan SA, diharapkan jangan dipakai secara berlebihan atau ketagihan. Nah, jika semua Narkoba sudah diketahui antidotenya, diketahui juga SAnya, semua narkoba tidak akan sebabkan ketagihan. Orang tidak beli narkoba lagi. Penyodor kehilangan pasar. Orang tidak mencari narkoba, masalahnya selesai.


Jika polisi tidak mau selenggarakan rehabilitasi, itu bagus, karena bukan kompetensi polisi. RSKO yang bernaung di bawah kementerian kesehatan perlu diperbanyak, terutama di daerah. Polisi perlu menjaga RSKO agar tidak kemasukan penyodor gelap.***


Source: sudjokok@yahoo.co.id

10 November 2015

Prinsip etika


Etika sering dibicarakan di masyarakat. Ada etika kedokteran, wartawan, polisi, DPR dll. Etika menjadi pembicaraan, oleh karena pelanggaran etika akan berujung ke pelanggaran hukum. Pada awalnya etika disusun oleh para rohaniwan dari berbagai agama. Etika sangat diperlukan jika ada hubungan antara dua manusia yang tidak seimbang. Misalnya antara pasien dan dokter. Pengetahuan pasien mengenai kedokteran sangat minim, dibandingkan dokter. Dengan etika diharapkan dokter tidak akan sewenang-wenang dalam menghadapi pasien. Begitu juga dengan polisi dan terduga. Etika diperlukan polisi agar tidak sewenang-wenang dalam menghadapi terduga.



Ada dua sumber konsep etika. Pertama ialah Teleontologi, atau asas manfaat dan mudarat. Jika manfaatnya lebih banyak dari mudaratnya, kerjakan. Jika sebaliknya, hindari, jangan lakukan. Yang kedua adalah Deontologi, artinya apa yang diwajibkan dalam kitab suci, laksanakan. Jika dilarang jangan dikerjakan. Dalam hal ini etika menjadi dogma yang universal. Akan ditemukan benang merah diantara semua agama. Misalnya penghargaan untuk semua mahluk hidup. Semua agama melarang pengguguran kandungan. Akibatnya etika kedokteran melarang pengguguran kandungan. Dokter yang menggugurkan kandungan rawan akan melanggar hukum.


Dalam hubungan yang tidak seimbang itu ada beberapa prinsip etika yang harus dipenuhi:
Autonomi (pribadi, individu, peorangan), seseorang bisa menolak atau memilih obat atau dokternya. Setiap orang punya hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Bahkan bayi dalam kandungan ibu punya hak hidup dan sehat. Jika ibunya bekerja dan terpapar bahan kimia, selain ibunya, bayi punya hak juga agar tidak terpapar.


Benefisence (menguntungkan pihak yang lebih rendah, dokter harus berpraktek sesuai dengan keinginan pasien. Dokter BPJS dan masyarakat punya kedudukan yang tidak seimbang. Semua tindakan dokter harus menguntungkan masyarakat.


Nonmalafisence (jangan menambah kerusakan), pertama jangan merusak. Jika sistem pelayaan dokter BPJS lebih jelek dari sebelumnya, jangan dibuat menjadi lebih buruk. Jangan mencela saja tanpa usaha perbaikan. Pemerintah harus mengakui, bahwa sejak lama pelayanan kesehatan primer kita terpuruk. Pemerintah hanyut dari permintaan masyarakat untuk meningkatkan dokter spesialis secara berlebihan.


Justice (keadilan), sumber daya kesehatan yang semakin langka, pengambilan keputusan siapa mendapat pengobatan dan obat apa, keadilan dan persamaan. Rujukan harus dilakukan atas dasar kebutuhan, bukan atas dasar pangkat atau kenalan.
Ada beberapa nilai yang perlu dipenuhi dalam etika:
Menghormati orang, menghormati pasien dan orang yang mengobati pasien, hak untuk diobati secara rahasia, confidentiality (dirahasiakan), dan tidak diumbar ke publik. Pemeriksaan polisi seyogianya tidak diliput wartawan. Kartu berobat pasien harus disimpan dalam almari terkunci.


Truthfulness (berkata benar, jujur), pasien harus diberitahu mau diapakan dan diobati apa, informed consent. Pesakitan perlu diberitahu apa pelanggaran dan hak-haknya. Jika seseorang diketahui menderita kanker, maka orang itu perlu diberitahu. Waktu dan caranya perlu dilakukan secara bijak.
Banyak sekali etika di negara kita. Tidak banyak pihak yang mau membaca dokumen etika dan peduli dengan etika. Wajar jika terjadi beberapa pelanggaran. Namun jika menguasai prinsip yang diutarakan di atas, jarang sekali pelanggaran akan dilakukan.***


Source: sudjokok@yahoo.co.id

13 Oktober 2015

Akhirnya Terkuak! Dampak MSG Terhadap Kesehatan Anda

Bagaimana dampak MSG (mono-sodium glutamate) terhadap kesehatan Anda? Jawaban singkatnya adalah: MSG adalah buruk bagi kesehatan Anda.
Namun, Anda dapat memaklumi kepada banyak orang yang belum mengetahui hal ini sebagai bukti dari efek negatif dari monosodium glutamat secara penuh dari hasil penelitian dalam 10 tahun terakhir.
MSG merupakan garam natrium dari asam glutamat yang merupakan salah satu asam amino non-esensial paling berlimpah yang terbentuk secara alami. MSG memiliki KodeHS 29224220 dan Nomor E E621.
Glutamat dalam MSG memberi rasa umami (gurih) yang sama seperti glutamat dari makanan lain. Keduanya secara kimia identik. Produsen makanan industri memasarkan dan menggunakan MSG sebagai penguat cita rasa karena zat ini mampu menyeimbangkan, menyatukan, dan menyempurnakan persepsi total rasa lainnya. Nama dagang untuk monosodium glutamat termasuk diantaranya AJI-NO-MOTO®, Miwon,Vetsin, dan Ac’cent.
Sejarah Penemuan MSG
Kikunae_Ikeda MSGSejarah MSG berawal dari seorang profesor bernama Kikunae Ikeda  (1864 – 1936) asal Jepang, ia adalah seorang profesor dibidang kimia dari Tokyo Imperial University di Jepang.
Dialah yang mengisolasi asam glutamat sebagai bahan rasa baru pada tahun 1908 dari ganggang laut bernama Laminaria japonica dan kombu, (sejenis ganggang atau rumput laut) dengan ekstraksi air dan kristalisasi, dan menamai rasa ini dengan nama:umami (rasa khas MSG).
Lalu ia meneliti bahwa kaldu Jepang bernamakatsuobushi (nama jenis makanan awetan berbahan baku ikan cakalang atau disebut jugakatsuo) dan kombu (sejenis ganggang atau rumput laut) memiliki rasa yang berbeda dari rasa yang pernah ada pada waktu itu.
Keduanya mempunyai rasa tidak biasa dan secara ilmiah rasanya belum dideskripsikan serta berbeda dari rasa yang telah ada yaitu rasa manis, asin, asam, dan pahit.
https://i1.wp.com/upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/19/Katsuobushi.jpg/320px-Katsuobushi.jpg
Katsuobushi yang sudah diserut, salah satu bahan pembuat MSG. (wikipedia)
Untuk memverifikasi bahwa glutamat yang diionisasi adalah penyebab rasa umami, maka profesor Ikeda mempelajari berbagai sifat rasa garam glutamat seperti kalsium, kalium, dan magnesium glutamat.
Semua garam menghasilkan rasa umami selain ada juga rasa logam tertentu akibat adanya mineral lain dalam garam tersebut.
Diantara garam-garam itu, sodium glutamat adalah yang paling mudah larut dan sedap, serta mudah dikristalkan.
Dari hasil penemuannya itulah, maka Profesor Kikunae Ikeda adalah sebagai orang pertama yang telah berhasil menemukan senyawa kimia sekaligus juga dikenal sebagai orang pertama yang berhasil memberikan rasa umami (gurih) tersebut pada tahun 1908.
https://i2.wp.com/upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/10/Kombu.jpg/263px-Kombu.jpg
Kombu (sejenis ganggang atau rumput laut) salah satu bahan pembuat MSG. (wikipedia)
Ikeda menemukan suatu senyawa asam glutamat yang bisa membuat rasa enak dan gurih ini untuk masakan campuran rumput laut, tomat, dan daging.
Lalu, Profesor Ikeda menamai produk ini ‘monosodium glutamat’ dan mengajukan paten untuk membuat MSG.
Kemudian keluarga Suzuki bersaudara memulai produksi MSG komersial pada tahun 1909 sebagaiAJI-NO-MOTO®, yang dalam bahasa Jepang berarti “intisari rasa“, dan ini merupakan kali pertama monosodium glutamat diproduksi di dunia.
Penelitian Terbaru Terhadap Dampak MSG Dalam 10 Tahun Terakhir
Sebuah meta-analisis yang diterbitkan pada tahun 2006 (Freeman, 2006), mengenai evaluasi keamanan monosodium glutamat, masih menyatakan bahwa banyak penelitian yang diterbitkan termasuk pada tahun 2000 lalu dalam Journal of Nutrition (penelitian Walker & Lupien, 2000) juga telah ditemukan dan menyatakan tidak ada data klinis untuk mencurigai adanya efek negatif yang nyata terhadap MSG.
msg makes unhealthy fat
MSG membuat dampak Obesitas yang tak menyehatkan.
Namun ternyata, bukti bahaya yang baru mulai bermunculan pada tahun 2006, yang pertama muncul adalah dalam percobaan oleh model tikus.
Pada penelitian itu telah menunjukkan hasil yang nyata yaitu kerusakan hati dan otak setelah MSG dosis serendah 4 mg/kg dicampurkan dan kerusakan itu dapat dikurangi dengan menggunakan vitamin C(penelitian Farombi et al, 2006).
Tahun 2006 tampaknya menjadi tahun penting, ketika penelitian ini beralih dengan menunjukkan efek yang meyakinkan hingga MSG dosis serendah 30 mg/kg pun dapat beresiko dan melupakan efek negatif dosis yang lebih masuk akal sebelumnya, yaitu sebesar 4 mg/kg.
Dua tahun sesudahnya pada tahun 2008, sebuah studi masuk ke dalam Journal of Autoimmunology, memperkuat temuan yang menunjukkan adanya kerusakan hati, dan juga menunjukkan peran dalam memberikan kontribusi untuk obesitas pada model tikus(penelitian Nakanishi et al, 2008).
MSG monosodium-glutamate-side-effects
Efek samping MSG pada tikus membuatnya menjadi gemuk penuh lemak yang tak sehat dan membuat hati menjadi bekerja lebih keras..
Kerusakan pada hati sekali lagi dikonfirmasi pada tahun 2009, kali ini berkontribusi terhadap penyakit hati berlemak non-alkohol atau non-alcoholic fatty liver disease (penelitian Collison et al, 2009).
Semua bukti itu semakin menguatkan, karena baru-baru ini ditemukan terkaitnya MSG dengan kelebihan berat badan (overweight) yang menghasilkan obesitas dalam studi populasi di Cina (penelitian Xun et al, 2011).
Kerusakan hati sekali lagi dikonfirmasi baik pada tahun 2011 dalam model tikus lain, yaitu tentang efek jangka panjang dari MSG terhadap hati tikus putih setelah terpaparneonatal (penelitian Bhattacharva et al, 2011)
msg makes mice fat
Dan kerusakan hati juga terjadi pada model tikus lain melalui studi histokimia daripengaruh MSG pada hati tikus Wistar dewasa(penelitian Eweka et al, 2011).

Lalu ada pula sebuah studi kasus yang diverifikasi lagi pada tahun 2012 dengan model kucing, tentang penyakit non-alkohol hati berlemak yang mengunduksi efek pengaruh makanan MSG pada penyakit trans lemak-induksi (penelitian Collison et al, 2012).
Sejak tahun 2012, MSG telah digunakan dalam percobaan untuk menyebabkan kerusakan hati atau otak (penelitian Horvath et al, 2013) yang menyelidiki perkembangan saraf dengan menggunakan MSG untuk menghambat pengembangan syaraf secara tepat.
Sekarang cukup jelas bahwa dampak negatif MSG pada dasarnya telah “menghajar secara perlahan” minimal hati dan otak semua hewan mamalia, termasuk kepada manusia tanpa kecuali, dan bukan hanya orang-orang yang hipersensitif.
Untuk menempatkan masalah yang mengerikan ini dalam perspektif kita adalah: kita telah beralih dari menyimpulkan melalui meta-analisis bahwa MSG memiliki efek nyata negatif jika menggunakannya dan menyebabkan masalah neurologis dalam model tikus.
MSG food-additives-to-avoid
Sains memang tidak sempurna, dan seakan sering “termakan oleh waktu” selama bertahun-tahun untuk dapat menentukan suatu dampak yang ternyata kedepannya dapat berjangkauan secara lebih luas efeknya terhadap banyak zat aditif (zat tambahan) lainnya di dalam makanan kita.
Meskipun hasil penelitian oleh pakar-pakar laboratorium ini merupakan temuan baru, namun anehnya pihak Badan Pengawasan Makanan AS atau FDA (Food and Drug Administration) masih tidak memperbarui sikap mereka sejak tahun 2012 lalu! Hal ini terbukti dari informasi berdasarkan situs mereka yang tak lagi ter-updated hingga kini, dan masih menyatakan bahwa MSG umumnya tak berbahaya dan aman!
Begitu juga info mengenai MSG pada laman wikipedia yang mengkonfirmasi bahwa FDA (Food and Drug Administration) di AS itu, masih mengklasifikasikan MSG sebagaiGenerally Recognized as Safe (GRAS /atau secara umum diakui aman) dan di Uni Eropa digunakan sebagai zat tambahan makanan, lalu akhirnya mendunia.
MSG Food-Chemicals
MSG (monosodium glutamate), GMO (genetical modified organism), aspartame (pemanis buatan), flouride, penyadapan dan chemtrail adalah agenda elite dunia untuk memantau perilaku manusia, membuat pemikiran manusia berubah anarkis, terjangkit penyakit dan memperpendek umur manusia.
Banyak penelitian lain yang muncul, juga menyatakan bahwa aspartam (pemanis buatan) memiliki dampak negatif terhadap sejenis flora di dalam usus kita yang berguna bagi manusia.
Namun semua efek berbahaya itu menjadi tidak mengejutkan lagi bagi kebanyakan orang, walau telah terbukti banyak zat aditif (zat tambahan) pada makanan lain yang umumnya kita makan, ternyata telah ditemukan dampak biologinya terhadap kesehatan kita, tapi anehnya justru kita tidak mau mengantisipasinya.
Illuminati Card Game - EpidemicHal ini sangat mungkin karena efeknya cenderung lama bahkan menahun, namun dengan pasti, terbukti dari pasien dan penderitanya yang selalu bertambah dan semakin bertambah dari tahun ke tahun, seperti yang ditunjukkan dalam sebuah studi baru-baru ini ketika menyelidiki efek neurologis (syaraf) akibat dari MSG dan aspartam ( penelitian Abu-Taweel GM et al, 2014 ).
Itulah semua hasil penelitian oleh para ahli-ahli farmasi dan laboratorium di dunia selama beberapa tahun terakhir tentang dampak MSG bagi tubuh kita.
Walau sudah dibukukan bahkan banyak terdapat di internet, namun hasil penelitian mereka seakan “ditelan” oleh Bumi dan tak diangkat kepermukaan.
Inilah salah satu bukti lagi, bahwa Depopulasi Dunia memang sudah dijalankan untuk memangkas populasi manusia secara massive agar jauh lebih sedikit akibat semakin minimnya sumber daya dan stok pangan di Bumi yang tak lagi dapat menyuplai seluruh umat manusia di dunia. Semoga bermanfaat. (IndoCropCircles)
Daftar Pustaka:
– Walker & Lupien (2000) – The safety evaluation of monosodium glutamate.
– FDA (not updated) (2012) – Questions and Answers on Monosodium glutamate (MSG)

10 Oktober 2015

Mercuri di Bola Lampu Segera Tinggalkan









Merkuri dalam peradaban manusia banyak sekali dipergunakan. Diperoleh dari penambangan cinnabar, batuan kemerahan. Konon ada di Singkawang Kalimantan Barat. Logam cair dengan berat jenis tinggi. Berwarna perak mengkilap. di udara logam ini mudah sekali menguap. Naik ke atas bersama uap air, menggumpal bersama awan. Turun bersama air hujan jatuh ke bumi, mengalir dalam sungai. Akhirnya ke laut, merkuri yang berat berada dalam air dekat dasar lautan. Dimakan oleh ikan dalam dan udang, sehingga mahluk ini menjadi bahan konsumsi merkuri terbesar.

Didunia kedokteran banyak dipakai sebagai bagian dan peralatan. Thermometer pengukur suhu badan, manometer pengukur tekanan darah, sebagai obat merah mercurochrom. Dulu dipakai sebagai salvarsan obat sifilis yang mujarab, sebelum ada Pennicillin. Dokter gigi sampai sekarang masih banyak yang menambal gigi dengan amalgam, yang isinya merkuri. Beberapa dokter gigi sudah beralih komposit yang putih. Kini banyak dipakai sebagai pengawet vaksin, thimerosal. Banyak yang menduga bahan ini sebabkan anak2 jadi autis. Nanti tahun 2020 semua alat itu tidak akan dipakai lagi. Tinggal thimerosal yang belum ada gantinya.


Uap merkuri yang keluar dari lubang kecil di atas kolom air raksa tak nampak oleh mata. Namun demikian kita bisa membuat video hembusan merkuri. Di pasang kertas fluoresence di belakang manometer. Kamar dibuat gelap, setelah lampu biasa dimatikan. Lalu dipasang lampu UV A atau lampu Blue Light Black. Uap merkuri keputihan akan nampak menjalar ke atas. Ini bisa direkam dengan video.


Bayangkan dokter atau perawat yang mengukur tekanan darah akan terpapar dengan uap merkuri ini. Pasien bisa terkena juga tapi tidak sebanyak mereka. Dokter gigi dan perawat gigi juga akan terpapar dengan merkuri ini. Apa gejalanya? Yang pertama terganggu adalah perilaku mental mereka. Yang tadinya penyabar lama kelamaan jadi pemarah. Jika tangannya dijulurkan ke depan, lalu dipasang selembar kertas di atasnya, maka kertas itu akan bergetar halus. Namanya tremor. Gejala berikutnya akan menjadi pelupa. Lupa yang baru saja dilihat atau didengar. Tanggal lahir masih ingat. Tapi mengunci rumah yang baru dilakukan dia sudah lupa. Karena itu di sering bolak balik ke pintu untuk memeriksa pintu sudah dikunci atau belum. Gejala akhir jarinya bisa dianyam, sama sekali tidak kaku. Sarafnya terganggu.



Lampu neon sebenarnya berisi uap merkuri. Sekali waktu sebuah pabrik lampu neon mengalami kebocoran pengisian merkuri. Pabrik bisa mengenali kebocoran itu karena punya alat yang namanya Jerome. Jika transducer alat itu disodorkan ke udara yang mengandung merkuri, alat itu akan berbunyi. Jarumnya juga bisa menunjukkan angka kadar merkuri yang kita hadapi. Dr Hovarth dari Amerika dokter konsultan perusahaan itu di AS minta tolong saya untuk memeriksa kondisi klinik karyawan yang terpapar merkuri itu. James, saya bilang ke dokter expat yang bantu perusahaan saya. Kamu periksa saja karyawan. Saya lakukan wawancara. Kau kan tak fasih berbahasa indonesia. Dokter perusahaan pabrik lampu itu sudah saya kenal lama. Saya ajak juga berpartisipasi. Banyak ahli merkuri dari seluruh dunia ngumpul di Yogya. Saya tidak takut dengan mereka. Sebagai dokter saya tahu benar apa saya akan lakukan.


Semua karyawan saya tanya berapa banyak tambalan giginya, salep atau kosmetik apa yang digunakan. Apa yang mereka konsumsi, udang, ikan dst. Minum jamu? Berapa lama kerjanya. Semua masalah terkait mekuri saya tanyakan. Apa obat yang mereka makan termasuk immunisasi.


Selesai itu semua saya ambil sample urin. Botol disiapkan oleh dua laboratorium. Satu di Amerika dan satu lagi di Australia. Satu orang harus kencing di dua kontainer itu. Maksudnya sebagai kontrol. Ada 32 sample kali dua. Satu yang terpapar dan satu orang kantor yang tidak terpapar. Sample dikirimkan oleh jasa kurir internasional. Dalam 3 hari mereka menjamin samplenya tiba di tujuan di seluruh dunia. Saya komunikasikan lewat email. Seminggu berlalu. Kedua laboratorium itu mengirimkan hasilnya masing2. Dari 32 sample itu hanya 3 saja yang hasilnya sama persis. Itu laboratorium negara maju.


Kesimpulannya paparan tinggi, sebabkan hasil merkuri urin tinggi, dan gejala kliniknya semakin jelas. Beberapa pekerja perlu diistirahatkan selama beberapa waktu. Kebocoran segera diatasi.


Menjelang 2020 kita harus siap untuk meninggalkan semua merkuri.


Source:sudjokok@yahoo.co.id

24 September 2015

Risiko Kesehatan Pada Proses Penyembelihan Hewan

Pak Haji Anas tetangga saya sehari-hari pedagang kain di Tanah Abang. Setiap mau lebaran haji, pak Anas selalu mengasah pisaunya yang sepanjang kepala sapi dewasa. Tajamnya bukan alang-kepalang. Sepotong kertas jika dibelah dengan pisau itu segera terbelah dua tanpa robek. Selembar rambut langsung putus. Kata pak Haji pisau itu hanya dipakai untuk menyembelih korban. Selesai sholat, sapi yang mau jadi korban dicancang di bawah pohon belimbing yang sejuk. Konon agar sapi tidak stress. Sebuah lubang digali di tanah. Selembar dua lembar daun pisang utuh disiapkan. Tiba bagian yang paling sulit. Merobohkan sapi. Jika sapi stress psoses ini teramat sulit. Bila sapi bisa mengamuk. Proses penyembelihan sapi tidak boleh membuat sapi tersiksa.

Mulut dan tanduk diikat. Kedua mata sapi ditutup. Kedua kaki depan diikat, demikian juga dengan kaki belakang. (di RPH sapi bisa dipingsankan dengan proses stunning). Sapi maju ditarik sampai roboh, jatuh mengenai jerami yang sudah disiapkan sebelumnya. Ikatan kaki diperkuat. Leher sapi ditaruh di atas papan yang menutupi lubang yang tadi digali. Ada yang menarik ekor. Kaki jagal menginjak bahu sapi.Selanjutnya sesudah dibacakan doa, leher sapi digorok dengan pisau dengan sekali tebas. Sapi ngorok dan darah mancur. Daun pisang dan tangan telanjang tanpa sarung tangan menahan darah.

Proses penyembelihan hewan termasuk dalam mata rantai pengolahan makanan. Mulai dari sejak hewan diternakkan sampai ke meja makan, HACCP. Pak Anas termasuk penjamah makanan. Dia tak pernah diperiksa kesehatannya. Tak ada yang tahu apa dia lagi mencret. Apa di bokongnya ada bisul bernanah. Apa dia sakit kuning hepatitis A. Mengidap penyakit tipes, tinjanya mengadung kuman tipes tapi dia tidak sakit. Sebelum memotong hewan tak jelas dia sudah cuci tangan atau belum. Yang pasti dia tidak menggunakan sarung tangan.

Semua itu bisa menjadi biang kerok keracunan makanan. Saya pernah kebagian hewan kurban. Itu dibolehkan karena saya ikut iuran bayar harga sapi kurban. Biasa bikin sate. Tentu saja matangnya tak merata. Mujur saya tidak sakit. Jika jagalnya mengidap bisul, saya bisa mencret karena ketularan kuman stafilokokkus.

Tak ada dokter hewan yang memeriksa hewan kurban. Di Rumah Pemotongan Hewan ada dokter hewan yang memeriksa penyakit hewan. Itu yang sering terjadi dan mudah dideteksi saja. Tidak pernah diperiksa apakah hewan itu mengidap Hepatitis B misalnya. Virus ini ditularkan lewat darah. Jagal potensi tertular, karena tangannya dipakai untuk menahan darah dari leher hewan. Ada sedikit luka saja dia bisa ketularan.

Pada tahun 2013 jagal di kota Abeokuta Nigeria diperiksa kesehatannya. Ternyata 17% mengidap Hepatitis B, 4.9% brucella, 2.5% treponema (sifilis penyakit kelamin), 2.5% hepatitis C. Aneh bin ajaib kayaknya di seluruh dunia jagal ini tidak diberi alat pelindung diri. Paling banter dikasih apron saja. Saya belum tahu bagaimana di Indonesia dampak pekerjaan pemotongan hewan itu terhadap para jagal. Abbatoir ini belum masuk dalam data base occupational hazards ILO. Pada pemotongan babi ada pernah dilaporkan penyakit meningitis streptococcus suis. Ternyata kuman ini bisa juga menular ke sapi. Wah jika demikian pak Anas punya risiko juga untuk ketularan penyakit. Saya bisa mengerti mengapa Gubernur DKI menganjurkan pemotongan korban di RPH.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia mengenai pemotongan hewan (biasa dan korban) nampaknya perlu dilengkapi dengan persyaratan kesehatan hewan dan kesehatan pekerja pemotongan. Kesehatan pekerja bermata dua, kesehatan karyawan yang bisa menular ke daging dan dampaknya daging ke kesehatan pekerja.

Keracunan makanan bisa terjadi dimana-mana. Di warteg, hotel mewah yang mahal, kawinan, kantin perusahaan dst. Sampai kini belum pernah ada laporan keracunan makanan sesudah makan sate daging hewan korban. Namun demikian jika ada suatu saran yang lebih baik perlu dipertimbangkan.


Source: sudjokok@yahoo.co.id

RSS Feed (xml)
Template by : Kendhin x-template.blogspot.com